Inovasi Pengolahan Mete: Mahasiswa KKN UNS Mengadakan Pelatihan Pembuatan Ampyang Mete di Desa Kepyar
Dibuat : 2024-03-15 08:23:49
WONOGIRI, 21 Februari 2024 – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan Pelatihan Pembuatan Ampyang Mete di Desa Kepyar dalam progrm Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 26 periode Januari-Februari 2024, yang beranggotakan Muhammad Iksan Bima Aria Pratama (FT), Muhammad Choirul Anam (FEB), Alka Adi Nugroho (FT), Reyza Fachrezy Putra (FT), Muhammad Nur Hidayat (FT), Monalisa Indah Parawansa (FP), Zahra Fadilla Ekasuci (FT), Arlinda Dwi Restanti (FMIPA), Yuliyana Ayunta Solikhah (FMIPA), dan Ayu Nur Fayza (FIB).
Pengolahan mete di Desa Kepyar Desa saat ini hanya sampai pada produksi kacang mentah dengan berbagai kualitas atau grade. Optimalisasi pengolahan hasil panen kacang mete dapat dilakukan dengan melakukan inovasi pengolahan produk. Salah satu produk makanan yang dapat dikembangkan yaitu ampyang mete. Ampyang merupakan produk makanan tradisional yang memiliki cukup banyak peminat. Ampyang diinovasikan dengan kacang mete yang memiliki kondisi pecah, sehingga dapat meningkatkan nilai jual mete. Pengolahan lanjut kacang mete menjadi produk makanan merupakan langkah penting untuk memberdayakan sektor UMKM di desa.
Dalam program ini juga diperkenalkan kemasan standing ziplock untuk menunjang pemasaran ampyang agar menjadi lebih inovatif. Penanggung jawab program pelatihan pembuatan ampyang mete yaitu Monalisa Indah Parawansa, mahasiswa Program Studi Agroteknologi kelompok 26 KKN UNS. Kegiatan ini menyasar kader PKK sebagai bentuk pemberdayaan perempuan dalam sektor UMKM. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengoptimalkan potensi desa melalui sektor UMKM. Diversifikasi pengolahan produk makanan beserta inovasi pengemasan merupakan langkah penting untuk mengembangkan Desa Kepyar menjadi sentra kacang mete.
Kegiatan pelatihan pembuatan ampyang mete dapat berjalan dengan baik dan lancar. Peserta kegiatan antusias dalam mengikuti pelatihan, serta berperan aktif dengan ikut mengolah kacang mete menjadi ampyang. Masyarakat juga antusias untuk membantu menyediakan tempat, alat-alat, serta beberapa bahan yang diperlukan dalam pembuatan ampyang. Pemerintah Desa ikut berkontribusi dalam perizinan, pengumpulan peserta, dan penyediaan bahan baku utama berupa kacang mete. Kegiatan dapat berjalan dengan kondusif, dan peserta pelatihan memperhatikan penjelasan dengan seksama. Peserta tertarik dengan penggunaan kemasan ziplock untuk menambah daya tarik produk. Peserta juga merasa tertarik untuk mencoba membuat ampyang mete secara mandiri, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun dijadikan peluang usaha. Tindak lanjut dari kegiatan ini yaitu masyarakat dapat mengoptimalkan pengolahan dan pengemasan kacang mete sebagai komoditas desa menjadi produk UMKM yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.